[Cerbung] Bermata Biru
-Aku : Qinzhy Norha Putri-
“Zhy, ntar kalau kamu udah selesai.
Kirim artikelnya ke emailku ya? Gue cabut duluan“, kata Fara membuyarkan
lamunanku. Di tengah heningnnya siang, aku hanya bertemankan laptop. Sebagai
seorang reporter sekolah, dikejar deadline mah udah biasa buatku. Tuntutan
artikel yang harus selalu diperbarui, tentu telah berhasil membuatku selalu
memutar otak. Tapi ini mah bukan apa-apa, hal beginian udah biasa buatku.
Karena ini adalah profesiku saat ini. Hitung-hitung hiburan buatku selain
kewajibanku sebagai murid, anak yang patuh untuk orangtua serta panutan untuk adik-adikku.
Kalau udah masuk dalam dunia jurnalistik, rasanya aku punya dunia sendiri. Dan
itulah cara ng-trip ala QINZY. Karena
inilah adventureku.
“Zhy, kamu masih belum pulang juga?
Mau bareng gak nih?”, sapa Fara mengejutkanku. Rupanya Fara telah menyelesaikan
urusannya di ruang guru. Dan gak sengaja Fara nglihat aku masih di kelas.
“ Iya, Far!
Aku udah mau pulang kok “, jawabku.
Akhirnya aku pulang bareng Fara. ‘Vitra Aufara Fahira’,
dialah sahabatku dari kecil. Aku tau banget bagaimana dia. Dan diapun juga tau
semua tentang aku. Meskipun, kalau masalah sifat dan kepribadian kita itu beda
banget, tapi kalau masalah hobi kita samaan banget. Rupanya sore ini tak
bersahabat dengan kami. Di tengah perjalanan pulang, lagi-lagi bumi mengangis
meminta anak bangsa untuk merawatnya. Meminta kasih sayang karena telah lama
diabaikan. Padahal bumi selalu hadir dalam setiap keadaan kita. Untung saja
jarak rumah kami sudah tak begitu jauh. Rumahku dan Fara sangat berdekatan,
malah kita bertetangga. Paling tidak dengan jarak yang masih tersisa, buku dan
laptopku masih aman hingga sampai rumah. Ya, walaupun jilbab udah terasa berat,
karena guyuran hujan.
“Far, aku
masuk duluan yah? Kamu gak mau mampir ke rumahku dulu?”
“Enggak deh
Zhy, aku mau langsung pulang ajah”
-----------------------------------------------------------
“Ini tempat apa? Kok kayak taman gini
yah?” batinku.
Tempat ini sangatlah indah. Mentari berhasil membuatku
terpesona hingga jenuh. Namun, panasnya mampu menghangatkan tubuhku. Bersamaan
dengan silau dari dedaunan yang terselimuti embun pagi. Embun pagi ini menjaga
udara dari karbondioksida selama pagi. Sungguh tentram rasanya, nyaman,
membuatku lupa akan semua keluh kesahku.
“Apaan sih?
Kamu mau ngapain?”, ucapku kaget.
Seorang lelaki tiba-tiba menarik tanganku. Menyeretku untuk
bangkit dari ayunan. Dan meninggalkan semua kenyamanan yang aku rasakan. Lelaki
itu terus membawaku entah akan kemana. Aku hanya dapat melihat pundaknya dari
belakang.
“Tempat apa
ini?”, tanyaku lagi.
Lelaki itu menatapku dalam. Entah apa maknanya. Dia hanya
diam. Di depan sebuah rumah yang tak jauh dari taman tadi dia berhenti.
“Masuklah!
Kamu akan aman disini!”, pintanya.
“ Untuk apa
aku harus masuk? Siapa sih kamu? Lalu apa.......”, ucapku terhenti. Lelaki itu
mendorongku masuk ke dalam rumah itu. Dengan segera dia menutup pintu rumah itu.
Dan menghilang entah kemana? Rumah ini sangatlah sederhana. Langkahku terhenti
di sebuah jendela. Jendela ini lurus menuju taman tadi. Dari sini terlihat jelas
ayunan yang tadi aku mainkan.
Lalu, aku
terdiam begitu saja. Ayunan itu saat ini menghilang. Sebuah kilat cahaya jatuh
tepat pada ayunan itu. Entah apa itu, tapi itu mampu membumihanguskan taman
tadi. Taman tadi terlihat mengerikan sekarang.Tak seindah saat aku tadi disana.
Dalam hati aku sangat bersyukur.
“Rupanya
Allah menyayangiku. Untung saja ada lelaki tadi. Andai aku bisa mengucap
terimakasih padanya. Dari mana dia berasal? Bagaimana dia bisa tau akan adanya
kejadian ini?”, batinku. Meski banyak pertanyaan yang terlintas dalam
pikiranku. Tak dapat satupun yang terjawab. Hanya misteri belaka. Kuberbalik
badan, kutatap sekelilingku. Rupanya rumah ini kosong, tapi anehnya ada banyak
sekali lukisan disini. Kutelusuri setiap sudut rumah, melihat semua lukisan di
rumah ini. Namun, aku terhipnotis pada salah satu lukisan. Lukisan itu adalah
lukisan sebuah mata berwarna biru. Mata itu persis seperti mata lelaki itu saat
menatapku.
“ZHY!!!!”,
panggil bunda membangunanku.
---------------------------------------------------------------
Lagi-lagi
bintang menghiasi malamku. Seperti biasa aku duduk di meja belajarku. Yang
persis menghadap ke langit malam. Tak ada yang lebih indah dari semua ciptaan
Allah. Mentari di kala pagi, hujan yang menenangkan, pelangi setelah hujan, kupu-kupu yang menari di taman bunga, serta
malam yang betaburkan bintang. Semua hal itu membuat nyaman dan tegar
menghadapi kehidupan.
Kupandangi
sebuah foto yang tergeletak di dekat piguraku. Foto yang entah dari mana
berasal. Foto yang tiba-tiba ada di genggamanku saat ku terbangun dari tidur
tadi pagi. Foto yang sama persis seperti lukisan yang tergambar dalam mimpiku.
Semua hal itu berhasil membuat seorang reporter sepertiku sangat penasaran
dengan apa yang terjadi. Tanpa sengaja aku menjatuhkan piguraku. Fotoku semasa
kecil ada disana. Ku ambil foto itu. Memang saat aku kecil aku sanggatlah imut,
dengan mata berwarna biru, dan rambut yang hitam. Dibalik foto itu ada sebuah
nama ‘Qinzhy Norha Putri’. Itulah nama kesayangan dari kedua orangtuaku. Kutatap
fotoku dalam-dalam, terutama mataku saat kecil. Aku jadi ingat foto tadi. Kuambil
dan ternyata dibalik foto itu terdapat sebuah nama ‘Rizqy Noufal Putra’. Siapa
dia? Apakah dia si pemilik mata berwarna biru ini? Untuk apa dia hadir dalam
mimpiku? Mengapa mata kami begitu mirip?
Bersambung....................
cerbung "Bermata Biru"
Komentar
Posting Komentar